Powered By Blogger

perkembangan teknologi informasi

Ketika membaca artikel mengenai teknologi-teknologi baru khususnya teknologi informasi, disamping kagum terkadang memunculkan pertanyaan lugu, “apakah teknologi ini memiliki ujungnya”?
Alasannya sederhana, dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, banyak diantara kita yang sering bingung untuk mencari inovasi atau berbuat kreasi baru. Dengan kata lain, pikiran jadi buntu dan ngga ada ide sama sekali.
Tapi menariknya, di sisi lain kita mendengar, membaca berita tentang penemuan karya dan teknologi baru dari orang lain atau di negara lain yang membuat pikiran kita tercerahkan. Walah, kok ngga terpikirkan sama kita ya? Mestinya kita juga bisa tuh! Sejuta komentar bisa dilontarkan, ibarat obrolan di warung kopi.
Terlepas dari fenomena diatas, coba kita simak apa yang ada di pikiran para pakar (pada jamannya) mengenai kemajuan atau prediksi teknologi masa depan? Barangkali beberapa komentar dibawah ini cukup mewakili bahwa para pakar teknologi informasi sekalipun bisa meleset jauh dalam memprediksi perkembangan teknologi.

“I think there is a world market for maybe five computers.”
- Thomas Watson, chairman of IBM, 1943

“Computers in the future may weigh no more than 1.5 tons.”
- Popular Mechanics, 1949

“There is no reason anyone would want a computer in their home.” - Ken Olsen, founder of DEC, 1977

“640K ought to be enough for anybody.” - Bill Gates, 1981

“Prediction is difficult, especially about the future.”
- Yogi Berra

Kita boleh tertawa dan menganggap komentar-komentar diatas begitu naifnya. Tetapi jangan lupa, itu adalah komentar dari para pakar di kala itu.Dan agar fair terhadap para pakar tersebut, mereka kemungkinan tidak diminta untuk memprediksikan teknologi masa depan – mereka hanya memberikan observasi terhadap pemanfaatan teknologi yang ada pada jaman mereka. Coba perhatikan lagi pernyataan Ken Olson - - why would anyone want a PC in their house?
Pada saat itu minicomputer itu ukurannya sebesar furniture dan pasaran PC baru berkembang dari penggunaan yang awalnya cuma sebatas hobi. Perangkat ini masih rada primitif (lagi-lagi menurut kita tentunya), processing power nya masih sangat kecil dan tidak ada killer application yang memaksa kita untuk menggunakannya di rumah. Saat ini, apa yang bisa dikerjakan oleh sebuah PC yang hanya memiliki memory 64K? Itu masih bagus. Kalau mundur lagi ke era mainframe di tahun 70 an, CPU mainframe yang ukuran memenuhi ruangan dengan berat diatas 1 ton, memory nya juga masih berkisar antara 64-128K.
Kini, sekitar 30 tahun kemudian, teknologi seperti apa yang kita gunakan? Jangankan Thomas Watson yang hidup di tahun 1940 an, Bill Gates sekalipun pada awalnya tidak bermimpi bahwa PC pribadi saat ini akan memiliki memory 1GB atau lebih. Teknologi penyimpanan data, lebih luar biasa lagi. Kalau dulu kapasitas auxiliary storage yang populer dengan sebutan DASD (direct access storage device) seberat ratusan kilogram berevolusi dari ukuran ratusan kilobytes menuju megabytes; kini sebuah flash disk mini dengan kapasitas 8GB bisa masuk kantong kemeja. Belum lama ini sebuah perusahaan IT di Jerman mengklaim telah mampu membuat flash disk dengan kapasitas 1 Terrabytes (1000Gbytes). Luar biasa bukan?
Saya jadi teringat ketika IBM di era Lou Gerstner memamerkan terobosan teknologi berupa protipe perangkat yang disebut PAN (personal area network) di Comdex exhibition tahun 1999 kalau tidak salah. Namun entah kenapa produk itu sepertinya lenyap begitu saja dari perbincangan. Konon teknologi PAN ini merupakan eksperimen bersama antara MIT, IBM dan HP yang mampu menyalurkan data melalui jalan darah karena arus listrik yang dibutuhkannya amat kecil, dalam ukuran micro ampere. Implementasinya bisa begini: dua orang yang menggunakan chip PAN (ukurannya tipis dan kecil) yang ditempelkan dikulitnya (misalnya di dada atau di telapak kaki) jika bersalaman, dapat saling bertukar “data pribadi” seperti halnya bertukar kartu nama. Jadi, jika orang tersebut bersalaman atau saling bertukar data dengan 10 orang lain (yang juga menggunakan chip PAN) maka sesampai di rumah, ia bisa mendownload data pribadi orang-orang yang disalaminya. Itu contoh paling simpel. Tapi teknologi ini sesungguhnya membuka peluang implementasi yang begitu luas. Menurut IBM tempohari, teknologi PAN bisa diterapkan bagi tunarungu untuk menghubungi 911 hanya dengan sentuhan tangan dalam situasi darurat, peminjaman video rental yang unattended dan lain sebagainya.
Untuk sektor komunikasi terutama wireless (nirkabel), perkembangannya juga tidak kalah pesat. Kalau tempo doeloe kita sudah bangga dengan dial-up 9600 bps hingga 19.2kbps (ini pun sebetulnya masih memadai utk transaksi ATM atau otorisasi kartu kredit), apa yang kita lihat sekarang? Operator telekomunikasi kini jor-joran menawarkan modem 3G yang kecepatan aksesnya di klaim bisa mencapai 7.2 Mbps. Kemajuan teknologi komunikasi membuat para pembuat aplikasi menjadi lebih kreatif. Maka muncullah teknologi pervasive computing yang cenderung memanjakan pemakainya. Betapa tidak? Kita bisa saksikan bahwa di negara-negara maju kendaraan mereka sudah di computerized sedemikian rupa. Bukan hanya perangkat GPS yang bisa memandu perjalanan, tetapi bengkel langganan kita bisa secara penuh memonitor keandalan komponan mobil kita. Apa yang kita lihat di film-film seperti James Bond bukan khayalan semata. Siapa yang tidak mendambakan mobil yang jika bannya agak kempes, pihak bengkel langsung tahu dan mengirim alert message ke layar komputer di dashboard mobilnya? Atau bisa jadi komputer di mobil itu sendiri yang memiliki kemampuan self detection.
Belum lama ini dalam salah satu siarannya radio BBC mengemukakan hasil eksperimen yang mampu menghidupkan lampu 60 Watt dari jarak 3 meter tanpa kabel. Suatu terobosan yang cukup spektakuler. Sayangnya tidak dielaborasi lebih jauh bagaimana dampaknya terhadap kesehatan jika ada orang berdiri diantara lampu dan generatornya. Sama halnya dengan teknologi personal area network diatas, apakah pengiriman data melalui aliran darah itu aman terhadap kesehatan manusia?
Contoh-contoh diatas hanyalah sedikit dari sekian banyak inovasi teknologi yang diyakini masih akan terus berkembang dan berkembang. Harapannya, semoga bangsa ini tidak melulu menjadi konsumennya.